Selasa, 03 November 2015

Hikayat si Bayan - Cerita Taifah

Assalamualaikum....

Disini gue mau bagiin terjemahan dari Hikayat si Bayan - Cerita Taifah yang gue buat sebagai tugas B.Indonesia.
Semoga dapat bermanfaat....




Cerita Taifah

Kata Bayan, "Dahulu kala ada seorang raja di sebuah Benua, namanya Tabaristan. Raja itu selalu menjamu semua pengawalnya. Suatu ketika ada seorang pengawal datang bersama anak dan istrinya dari sebuah negeri kepada raja. Kemudian Raja Tabaristan bertanya, "dari mana asalmu? Siapa namamu dan apa tujuanmu datang kemari?"

Taifah menjawab, "saya yang sudah mengabdikan diri dan bersikap hormat kepada raja di Benua Irak, tapi tidak di pedulikan olehnya. Setelah saya mendengar bahwa Duli Syah Alam sangat berbaik hati kepada semua pengawalnya, itu sebabnya saya ingin mengabdikan diri kepada Duli Syah Alam."

Lalu Raja Tabaristan berkata, "baiklah! Duduklah disini bersama-sama dengan aku." Kemudian raja itu memberikan Taifah sebuah emas, perak, rumah di sebuah kampung layaknya pengawal yang lain.

Seperti kebiasaan Duli Syah Alam, tiap tiga hari sekali ia mengadakan jamuan untuk para pengawalnya. Taifah tiba-tiba datang mengahadap, "hai raja yang bijaksana hamba mendengar akan ada pemberontakan terhadap dirimu, tetapi hamba akan melawan semua pemberontak-pemberontak tersebut." Begitu katanya dihadapan raja. Maka raja marah dan mengira semua ini adalah akal-akalan Taifah. Raja menganggap Taifah tidak berguna lagi.

Meskipun raja marah kepada Taifah, tetapi Taifah tetap berbakti kepada raja. Pada suatu malam Raja Tabaristan mendengar sebuah suara, "Aku sudah keluar! Tangkaplah aku kalau kau bisa...." Setelah raja mendengar suara itu, raja pun turun kebagian bawah istana, ia mengintip melalui celah-celah jendela istana, dilihatnya sosok orang tengah berjaga-jaga malam berdiri dengan senjata untuk mengawal istana itu. "Siapa engkau itu?" Tanya Raja Tabaristan.

Maka kata Taifah, "Hambalah Taifah! Sudah setahun lamanya hamba mengawal istana ini, namun baru kali ini tuan melihat hamba mengawal istana ini."

Raja Tabaristan bertanya, "apa engkau mendengar suara itu?"

"Telah tiga hari hamba mendengar suara itu, akan tetapi tidak ada yang hamba hiraukan, karena hamba terlalu asyik mengawal istana raja tuanku ini."

"Pergilah engkau melihat suara apa itu." Titah Raja Tabaristan.

Taifah pun pergi mengikuti suara itu. Pada saat Taifah sampai ke tempat suara itu, dilihatnya ada seorang perempuan yang begitu cantik. Taifah berkata, "hei perempuan! Siapa engkau ini dan apa maumu?"

"Akulah yang mengawal istana raja ini, aku sudah keluar! Tangkaplah aku jika kau bisa...." Sahut perempuan itu.

Taifah menyahut, "Hei perempuan! Bagaimana caranya agar saat engkau kembali ke istana ini, kekuasaan raja makin bertambah dan umurnya di panjangkan Allah taala?"

Kata perempuan itu, "jika engkau benar-benar ingin berbuat baik kepada raja dan ingin raja bertambah kekuasaannya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah engkau bunuh anakmu yang kau cintai itu dengan setulus hatimu, supaya saya cepat kembali ke istana ini."

Setelah Taifah mendengar kata perempuan itu, Taifah segera kembali ke rumahnya. Di ceritakanlah perkataan perempuan tadi kepada anak dan istrinya. "Bawalah anak kita ini pergi, jika karena ini tuan kita bisa selamat." Kata istri Taifah.

Setelah itu Taifah membawa anak yang ia cintai itu pergi kepada perempuan tadi, lalu diikatnya, serta dihunusnya khanjar ke leher anaknya. Tiba-tiba saat hendak di sembelih, perempuan itu menahan tangan Taifah, seraya berkata. "Janganlah kau bunuh anakmu ini, sesungguhnya aku akan kembali ke istana rajamu, karena kau berbuat bakti kepada rajamu dengan tulus hati, berbahagialan rajamu dan kekuasaannya akan bertambah dan insyaAllah umurnya akan dipanjang oleh Allah subhanahu wa ta'ala." Perempuan itu tiba-tiba lenyap. Taifah pun melepas ikatan anaknya dan membawa anaknya pulang ke rumah.

Raja Tabaristan sudah mengikuti dari belakang, mengintai segala kelakuan dan perkataan Taifah dan suara perempuan itu, semua sudah dia dengar. Raja pun kembali ke istananya. Taifah pun berpikir dalam hati, "kalau aku katakan kepada raja seperti perkataan perempuan itu. Pastinya raja tidak percaya kata-kataku ini. Baiklah aku katakan kata-kata yang lain saja."

Kemudian Taifah datang menghadap raja. Raja Tabaristan pun pura-pura bertanya kepada Taifah, "suara apakah itu?"

Taifah menjawab, "ya tuanku Syah Alam! Suara itu adalah suara suami istri yang sedang bertengkar, tapi sudah saya perdamaikan."

"Hai Taifah! Tidakkah engkau ketahui aku sudah melihat kelakuanmu itu wahai saudaraku? Bahwa sesungguhnya aku adalah saudaramu, InsyaAllah akan kubalas kebaikanmu itu padaku."

Hari sudah siang, Raja Tabaristan memberi anugerah kepada Taifah sebuah negeri dan harta yang sangat banyak, serta diberi pula sebuah kerajaan yang dapat mencukupi segala kebutuhannya selama hidupnya sampai anak cucunya, serta di akui pula sebagai saudara oleh baginda raja.

Kata Bayan, "demikian orang yang menunjukan kebaktian dan tulus ikhlas kasihnya dibelakang tuannya. Sekarang, segeralah tuan pergi mencari anak raja itu sebelum hari sudah siang."

Istri Khojah Maimun pun turun, baru sampai pintu kampung, hari sudah siang. Ia pun kembali ke rumahnya duduk dengan anak raja itu, ia menghiburnya namun anak raja itu tidak terhibur.

Setelah hari sudah malam, istri Khojah Maimun memakai pakaian yang indah dan memakai minyak wangi yang sangat harum dan mendatangi bayan seraya berkata. "Hai unggas yang bijaksana! Beri aku izin untuk bertemu dengan suamiku."

Sahut Bayan, "Hai perempuan! Tuan belum bertemu dengan kekasih tuan itu? Hamba sangka tuan sudah bertemu dengan kekasih tuan. Terlalu sulit mengerti sekali tuan tidak mau bertemu dengan anak raja itu, padahal hamba sudah menyuruh tuan pergi. Janganlah tuan takut dan malu. Janganlah hati tuan merasa curiga. Pernahkah tuan mendengar hikayat seorang perempuan yang bijaksana tetapi suaminya cemburuan? Karena perempuan itu sangat arif, banyak harta yang diperolehnya!"

Kata isrti Khojah Maimun, "bagaimana cerita hikayat itu? Coba perdengarkan padaku."

"Hamba tidak mau menghikayatkan dia, seolah-olah hamba hendak membuat tuan lalai dengan hikayat, kalau begitu menjadi jahatlah hamba kepada tuan." Sahut Bayan.

"Hai Bayan! Tidakkah engkau sayang kepadaku?" Kata Bibi Zainab.

Setelah bayan mendengar perkataan itu, ia pun berhikayat dengan senang hati.


Selesai


Wassalamualaikum....

3 komentar:

  1. Terimakasih translateannya, sangat membantu

    BalasHapus
  2. terimakasih kak, sangat bermanfaat artikelnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. kembali kasih ^^ semoga bisa digunakan dengan sebaik-baiknya ya

      Hapus

 

Welcome to GTLand Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang