Flashfiction yang emang khusus dibuat untuk doi hahahaha boong deng, cuma iseng-iseng dibuat aja pas lagi jam kosong di sekolah.
Happy Reading....
Bulan
Bel pulang sekolah sudah berbunyi dari 30 menit yang lalu, waktu yang cukup untuk membuat keadaan sekolah menjadi sepi. Tapi tidak, kenyataannya keadaan disini masih tetap sama....
Ramai.
"Nyariin siapa sih, An?" Pertanyaan itu membuatku menengok kebelakang, mencari si pemilik suara.
"Bulan," sahutku asal setelah melihat Bimalah yang tengah berdiri dibelakang sambil terdiam menatapku dalam.
"Bulan?" Ulangnya dengan intonasi suara yang sedikit aneh, "apa laki-laki itu yang namanya Bulan?" Lanjutnya sambil menunjuk kearah lapangan dan hal itu membuat mataku terfokus mengikuti arah telunjuknya.
Laki-laki itu menatapku sekilas, mengukir senyum yang juga sekilas lalu kembali berjalan menuju gerombolan teman-temannya.
Ya, itu cukup.
"Aku pulang duluan ya, Bim!" Ucapku sambil berjalan meninggalkan Bima.
"Apa pertanyaanku itu sengaja kamu abaikan, An?" Tanyanya dengan ekspresi yang sulit untukku tebak.
Aku hanya bisa terkekeh pelan, "maaf,"
"Hanya itu?" Tanyanya lagi dengan ekspresi yang masih sama.
"Ya, dia Bulan." Jawabku dengan tersenyum.
"Apa jangan-jangan maksudmu itu bagai punuk merindukan bulan?"
Senyumku semakin merekah, tentu saja....
Bukan.
Ramai.
"Nyariin siapa sih, An?" Pertanyaan itu membuatku menengok kebelakang, mencari si pemilik suara.
"Bulan," sahutku asal setelah melihat Bimalah yang tengah berdiri dibelakang sambil terdiam menatapku dalam.
"Bulan?" Ulangnya dengan intonasi suara yang sedikit aneh, "apa laki-laki itu yang namanya Bulan?" Lanjutnya sambil menunjuk kearah lapangan dan hal itu membuat mataku terfokus mengikuti arah telunjuknya.
Laki-laki itu menatapku sekilas, mengukir senyum yang juga sekilas lalu kembali berjalan menuju gerombolan teman-temannya.
Ya, itu cukup.
"Aku pulang duluan ya, Bim!" Ucapku sambil berjalan meninggalkan Bima.
"Apa pertanyaanku itu sengaja kamu abaikan, An?" Tanyanya dengan ekspresi yang sulit untukku tebak.
Aku hanya bisa terkekeh pelan, "maaf,"
"Hanya itu?" Tanyanya lagi dengan ekspresi yang masih sama.
"Ya, dia Bulan." Jawabku dengan tersenyum.
"Apa jangan-jangan maksudmu itu bagai punuk merindukan bulan?"
Senyumku semakin merekah, tentu saja....
Bukan.
Selesai
Cuma tentang kepuasan seorang perempuan dalam sepersekian detik wkwkwk.... #abaikan
Wassalamualaikum....
0 komentar:
Posting Komentar